Sabtu, 21 Juni 2008

99 Tangan Tuhan Di ACEH

KETIKA TONGKANG ITU BERBELOK MENGHINDARI MASJID....(3)

Kapal Tongkang itu berjalan ringan bagaikan kapas ditiup angin. Benda-benda yang ada didepannya, terlibas habis. Tetapi saat mendekati masjid, baja raksasa itu tiba-tiba berbelok.


Pasca tsunami, warga kampung Punge Blangcut, kecamatan Jayabaru, Banda Aceh takjub melihat keberadaan sebuah “Tongkang raksasa di bekas reruntuhan kampung mereka. “Tongkang” itu teronggok begitu saja, melindas bangunan beberapa rumah milik warga.

“Tongkang baja” itu sesungguhnya adalah pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) apung milik PLN yang semula ditambatkan di Pelabuhan Ulee Lheu. Diperkirakan PLTD yang berbobot 200 ton itu telah terhempas sejauh 4 kilometer. PLTD tersebut seutuhnya adalah besi mati yang luasnya 1.600 m2. Pantas saja kalau tak ada luka gores satu pun pada tubuh “raksasa besi” kitu kendati menghantam tiang listrik, menghancurkan rumah-rumah penduduk, dan menyeret sejumlah korban sebelum terhenti di kampung Punge Blangcut. Paling tidak, tujuh dari delapn kru PLTD yang berada di dalamnya hilang. Seorang lagi selamat, setelah terapung pada sebuh papan.

“Saya masih tak habis pikir, bagaimana tongkang sebesar itu bisa sampai di sini. Bagi mereka yang tak melihat langsung datangnya gelombang tsunami, keberadaan tongkang itu, kata Safwan, salah seorang warga dengan ekspresi wajah keheranan.

Seorang warga, Muhammad Nasir ( 58), mengaku melihat dengan mata kepalanya sendiri, saat gelombang besar yang datang bergulung-gulung itu menyeret PLTD apung. Saat terjadi gempa bumi, Nasir tengah berada di kedai kopi, tak jauh dari rumahnya. Selang beberapa saat, dia mendengar suar teriakan dari arah laut yang adanya air pasang. Benar saja, sebuah gelombang dahsyat tampak di kejauhan, bergulung-gulung ke arah kota. Maka segerlah dia melarikan diri, menghindari dari kejaran gelombang. Sembari berlari, Nasir sesekali menengok ke arah gelombong. Hampir tak percaya, gelombang itu begitu besar dan dahsyat, melibas segala yang dilaluinya. Lebih dahsyat lagi, ia melihat sebuah PLTD apung yang terseret oleh gelombang.

“Tongkang itu seperti terapung-apung saja mengikuti gelombang. Waktu sampai di kampung punge Blangcut, gelombang telah mereda, sehingga laju tongkang itu akhirnya berhenti setelah tersangkut bentangan kabel listrik. Begitu beratnya menahan beban, tiang listrik itu tak kuat dan akhirnya roboh. Namun kabelnya tidak putus, “tutur Nasir.

Di tengah rasa duka mendalam yang menyelmuti warga kampungh Punge dan Kota Banda Aceh pada umumnya, mereka masih berbincang soal tongkang PLN itu. Menurut mereka ada keanehan yang terjadi saat tongkang itu terseret ke arah kota. Benda berat itu selalu berbelok arah, saat hampir menabrak mesjid-mesid yang dilewatinya.

“Kalau ditarik garis lurus dari uleelhe ke Punge Blangcut, tongkang itu seharusnya menabrak Masjid Babuljannah di kampung Punge. Tepi herannya beberapa puluh meter sebelumnya, di berbelok arah ke selatan, sehingga tak jadi menabrak mesjid itu.”

Tidak ada komentar: