Senin, 28 Desember 2009

Curriculum Vitae

Personal Details

Full Name : SURYA PRANATA
Sex : Male
Place, Date of Birth : Jambi, 06 Agustus 1985
Nationality : Indonesia
Marital Status : Single
Height, Weight : 165 cm, 55 kg
Health : Perfect
Religion : Moslem
Address : Jl. Yos Sudarso RT 015 RW- Kelurahan Kasang Jaya, East Jambi Jambi City Jambi Province.
Mobile : 08127431384
E-mail : Mr.Surya@yahoo.com


Educational Background:

1.1990-1997 : State Elementary School Number 72/IX Batang Hari Jambi.
2.1997-2000 : State Junior High School Number 18 Jambi City.
3.2000-2003 : State Vocational High School Number 1 Jambi City.
4.2003-2006 : Academiy of Foreign Language Nurdin Hamzah Jambi.
5.2007-2009 : Bung Hatta University Padang.

Course & Education

1.1998-2002 : Millenium English Course.(English Study)
2.2000-2002 : Computing Programe (Excel, words, Powerpoint, Internet) In Vocational high school 1 Jambi.
3.2003 : Typing In State Vocational High School 1 Jambi
4.2006 : Palcomtech computer (Technician program)


Qualifications

1.Computer literate (Ms words, Ms Words, Powerpoint, technician, Photoshop)
2.English literate.
3.Germany literate.
4.Internet.


Working Experience

1.2003 : Teaching English in Millenium English Course as a Teacher.
2.2003-2006 : Teaching English in Junior High School one Roof in Sekumbung Muaro Jambi.
3.2006-2007 : Teaching English in E+ course in Jambi as a Teacher.
4.2007 : PT. PREMIUM NUTRIENT INDONESIA as the assistant of Developing Manager.
5.2008-2009 : CV. PUTRA MECHANICAL as the Operational Management.



Jambi 28 of December 2009

SURYA PRANATA.

Jumat, 18 Desember 2009

Tikus pun berfilsafat

Didalam sebuah hutan, hiduplah seekor tikus ahli filsafat.
Ia mengetahui satu hal yang tidak pernah diketahui hewan-hewan lain..
Ia yakin bahwa gelisah bisa membunuh seseorang. Sebab, gelisah bisa membunuh kebahagiaan, memadamkan kilauan cahaya dan menghilangkan kenyamanan. Selain itu, kegelisahan juga bisa menghancurkan akal,
hati dan fisik.

Pada suatu hari, ia ingin mengajari teman-teman dan anak-anaknya dengan pelajaran tersebut.
Tetapi sang tikus tidak ingin pelajarannya sekadar didengar dan dihafal saja. Ia ingin pelajaran itu dipraktekkan dan tertanam dalam sanubari.

Ketika sedang berceramah dihadapan hewan-hewan tersebut, tiba-tiba muncullah seekor singa. Tikus sang filosof kemudian berkata, "Tuan singa, aku hendak mengatakan sesuatu. Aku berharap engakau mau
memberikan jaminan keamanan kepadaku."

Sang singa menjawab, "Aku menjamin keamananmu, wahai tikus yang pemberani."

Tikus kemudian berkata, "Dihadapan semua hewan-hewan ini, aku hendak menyatakan bahwa aku mampu membunuhmu jika engkau memberiku waktu selama sebulan penuh. Seluruh penghuni hutan ini akan melihat hal itu."

Mendengar hal itu, sang singa langsung tertawa. Dengan nada mengejek, dia berkata, "Engkau mau membunuhku?"

"Benar", jawab filosof tikus mantap dan percaya diri.

"Aku setuju. Tetapi jika engkau tidak bisa melakukannya, engkau akan kupancung didepan semua hewan. Waktunya sebulan mulai dari sekarang."

"Baik, aku setuju."

Sepuluh hari telah berlalu dan singa sama sekali tidak pernah memikirkan ancaman tikus tersebut. Akan tetapi, beberapa hari kemudian, terbersit dalam hatinya, "Apa yang sebenarnya hendak dilakukan oleh tikus itu? Kenapa ia kelihatan begitu meyakinkan?
Bagaimana kalau ancaman itu benar-benar terjadi?"

Beberapa saat kemudian ia tertawa jungkir balik sambil berkata, "Bagaimana mungkin si tikus mampu membunuhku sedangkan aku punya anak-anak yang akan membelaku? Walaupun ia mengerahkan seluruh
tikus yang ada sekalipun, tidak mungkin bisa membunuhku."

Beberapa hari kemudian, bisikan tersebut kembali hadir dalam benaknya. Untuk kali ini, ia merasakan bahwa bisikan tersebut terasa lebih kuat dari sebelumnya.

Waktu terus berjalan dan batas waktu yang ditentukan hampir berakhir.
Sementara itu, sang tikus tidak datang untuk mencabut pernyataannya ataupun menyerah. Justru, filosof tikus malah terus mengumumkan ancamannya ke seluruh penghuni hutan.

Melihat kenyataan tersebut, sang singa terus berpikir, "Apakah filosof tikus mempunyai senjata yang ampuh atau telah mengumpulkan kekuatan yang luar biasa, atau membuat jebakan yang mematikan?"

Hari demi hari berganti dan pikiran-pikiran tersebut selalu muncul hingga membuat singa tidak doyan makan dan minum. Dia selalu memikirkan nasib dan akhir yang begitu mengerikan, seperti ancaman tikus tersebut.

Sebelum hari yang ditentukan tiba, tepatnya pada pagi hari yang keduapuluh lima , hewan-hewan menemukan singa tersebut telah mati didalam kandangnya.

Dia telah terbunuh oleh perasaan was-was dan ketakutan. Daging dan lemaknya telah terbakar oleh kesedihan yang ia rasakan, padahal sang tikus tidak pernah melakukan tipu muslihat atau merancang persengkongkolan apapun. Ia hanya mengetahui sebuah rahasia, bahwa menunggu musibah, memperkirakan bencana dan was-was terhadap sebuah tragedi adalah senjata ampuh yang bisa membunuh jagoan pemberani ataupun sang perkasa yang tidak punya rasa takut.

Jangan pernah menyia-nyiakan waktu

Kebanyakan orang tidak pernah menghiraukan hari-hari yang dijalaninya, karena sibuk untuk masa depan. Cita-cita telah membuatnya lupa manisnya kehidupan yang sedang dia jalani. Yang ada hanyalah ketakutan akan masa depan. Mereka selalu resah dengan hari-hari yang akan datang.

Mereka selalu berpikir bagaimana seandainya kehilangan pekerjaan?
Bagaimana dia akan memberi makan anak-anak? Apa yang akan dia katakan kepada teman-teman? Serta bagaimana nasibnya kemudian?

Kalau kegelisahan mengenai hal-hal tersebut mampu diatasi, dia akan memikirkan hal-hal lain. Bagaimana seandainya dia menderita sakit, buta atau kaki buntung? Bagaimana bentuk tubuhnya nanti? Bagaimana
dia akan menanggung semua itu?

Yang ada didalam kepala hanyalah musibah dan musibah. Barangkali, mobil yang dinaiki akan mengalami kecelakaan, barangkali pesawat yang ditumpangi akan jatuh, barangkali kapal yang ia naiki akan tenggelam
dan barangkali saja bangunan tempat dia tinggal akan runtuh.

Dia pun takut kalau sampai hal-hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi. Orang seperti ini akan menjadi mangsa empuk serigala buas bernama kegelisahan dan makanan lezat hantu bernama kesedihan.



Ditulis oleh jundulllah

Jika aku jatuh hati

Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya permintaan
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Penantian Cinta

Penantian ini...
Membuatku ragu akannya..
Lama ku nanti dirinya
Hanya membuatku merasakannya sakit...

Hati ini..
Hati yang luluh akan cinta...
Tapi kini menjadi luka pun karena cinta..
Cinta yang di nanti
Di nanti dan terus di nanti
Sampai takkan pernah termiliki...

Hancur hati ini...
Remuklah sudah..
Patahlah kini hatiku yang dulu selalu ku jaga
Karena penantian cinta yang berlarut-larut...
Tak terlihat hatiku di matanya...
Yang membuatnya tak sadar akanku yang selalu menunggunya
Akan penantianku padanya...

Berlinanglah air mataku...
Bersimpuhlah kini diriku...
Kekecewaan ini tak dapat di hilangkan
Goresan di hati ini sulit terobati...
Senyum manis selalu ku pasan semanis mungkin pada wajahku
Untuk menutupi kepedihan hati ini...
Tapi tangisan sakit selalu ku rasa di lubuk hatiku...

Penantian cinta ini sia-sia..
Sia-sia untuk seorang diriku..
Diriku yang bodoh yang selalu menanti dia...
Yang tak bisa melihat hatiku...
Tak bisa merasakan perasaanku...
Karena kau tak mencintaiku...



Ditulis oleh Febrynahl

Penantian Cinta

Penantian ini...
Membuatku ragu akannya..
Lama ku nanti dirinya
Hanya membuatku merasakannya sakit...

Hati ini..
Hati yang luluh akan cinta...
Tapi kini menjadi luka pun karena cinta..
Cinta yang di nanti
Di nanti dan terus di nanti
Sampai takkan pernah termiliki...

Hancur hati ini...
Remuklah sudah..
Patahlah kini hatiku yang dulu selalu ku jaga
Karena penantian cinta yang berlarut-larut...
Tak terlihat hatiku di matanya...
Yang membuatnya tak sadar akanku yang selalu menunggunya
Akan penantianku padanya...

Berlinanglah air mataku...
Bersimpuhlah kini diriku...
Kekecewaan ini tak dapat di hilangkan
Goresan di hati ini sulit terobati...
Senyum manis selalu ku pasan semanis mungkin pada wajahku
Untuk menutupi kepedihan hati ini...
Tapi tangisan sakit selalu ku rasa di lubuk hatiku...

Penantian cinta ini sia-sia..
Sia-sia untuk seorang diriku..
Diriku yang bodoh yang selalu menanti dia...
Yang tak bisa melihat hatiku...
Tak bisa merasakan perasaanku...
Karena kau tak mencintaiku...



Ditulis oleh Febrynahl

Penantian Cinta

Penantian ini...
Membuatku ragu akannya..
Lama ku nanti dirinya
Hanya membuatku merasakannya sakit...

Hati ini..
Hati yang luluh akan cinta...
Tapi kini menjadi luka pun karena cinta..
Cinta yang di nanti
Di nanti dan terus di nanti
Sampai takkan pernah termiliki...

Hancur hati ini...
Remuklah sudah..
Patahlah kini hatiku yang dulu selalu ku jaga
Karena penantian cinta yang berlarut-larut...
Tak terlihat hatiku di matanya...
Yang membuatnya tak sadar akanku yang selalu menunggunya
Akan penantianku padanya...

Berlinanglah air mataku...
Bersimpuhlah kini diriku...
Kekecewaan ini tak dapat di hilangkan
Goresan di hati ini sulit terobati...
Senyum manis selalu ku pasan semanis mungkin pada wajahku
Untuk menutupi kepedihan hati ini...
Tapi tangisan sakit selalu ku rasa di lubuk hatiku...

Penantian cinta ini sia-sia..
Sia-sia untuk seorang diriku..
Diriku yang bodoh yang selalu menanti dia...
Yang tak bisa melihat hatiku...
Tak bisa merasakan perasaanku...
Karena kau tak mencintaiku...



Ditulis oleh Febrynahl

Selasa, 21 Juli 2009

LANGUAGE

Language is a marvelous thing. Every language consists of a limited number of sounds, a limited number of ways in which these sounds can be combined to form words, and a limited number of rules for combining words into sentences. Fro example, English has about 45 sound patterns and about 30 patterns for combining these sounds into sentences. Yet from these limited quantities of sounds and limited number of rules and patterns for combining the sounds, a speaker of English can produce an unlimited number of sentences that will be understood by other speakers of English.

The above is true of all languages. All languages are systematic. That is, all languages have an internally consistent system of rules for combining sounds into speech that is comprehensible to all those who speak the same language. There is no such thing as a “primitive” language. Meaning an incomplete or rule-deficient language. A highly technological culture and a primitive culture each have a systematic, internally consistent language. Both cultures can discuss concrete things and abstract ideas. Both cultures can use their languages to gossip, to lie, to tell jokes, to tell stories, and to discuss life.

And all human beings of normal hearing and adequate intelligence learn at least one language. Babies who are born deaf and cannot hear language have trouble learning to speak. (They can, nevertheless, learn another systematic form of language called sign language). Also, some severely retarded children can fail to learn a complete language system. The rest of us, however, learn the basics of our first languages by the time. We are five years old, a remarkable achievement (adapted from reading for a reason)