Sabtu, 28 Juni 2008

99 TANGAN TUHAN DI ACEH

Bayi Empat Bulan
Terendam Lumpur Bersama Ibunya bagian ke 4

Dedy berhasil selamatkan bayi empat bulan yang terendam Lumpur.
Saat diselamtkan, wajahnya pucat pasi dan sempat muntah-muntah.


Matanya layu, Tubuhnya setengah oleng. Kelelahan dan kesedihan menggurat di wajahnya. “Saya sudah melihat lebih dari 1.000 mayat, “tutur Dedy Jufri, 27 tahun. Tubuh tidak bernyawa itu bertebaran di mana-mana. Tergeletak di jalan berdebu, terperangkap di reruntuhan Pasar Aceh, terbaring di Masjid Raya, terapung di Taman Sari, dan hanyut di Krueng Aceh. Di sudut-sudut kota yang luluh lantak, bergelimpangan mayat. Udara Seantero Banda Aceh menebarkan bau anyir.

Dedy Jufri, Pemuda asal Lampulo, daerah dekat pantai di Banda Aceh, ibu kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, itu berusaha tegar. Tetapi raut wajah dan matanya tidak bisa berbohong. Hatinya remuk-pilu, Ia kehilanan lima orang keluarganya: ayah, ibu, dua adik perempuan, dan satu adik laki-laki. Orang-orang yang dicintai itu telah pergi selama-lamanya. Innalillahi wa inna ilaihi raajiun.

Lampulo memang dekat dengan laut. Ketika gempa berkekuatan 8,9 pada skala Richter yang disusul tsunami mengguncang Aceh dan Sekitarnya, minggu lalu, gelombang air yang menggulung Lampulo ketinggiannya mencapai lebih dari lima meter. “Sampai di atas tiang Listri,” kata Muhammad Syahrial, adik laki-laki Dedy yang selamat. Gelombang dahsyat itulah yang menghantam rumah Dedy dan Penduduk sekitarnya.

Diawali dengan gempa pada sekitar pukul 08.10, minggu pagi. Guncang terjadi beberapa kali dengan intensitas berbeda. Pusat gempa berada Samudra Hindia, Sekitar 149 Kilometer sekala Kota Meulaboh, Aceh Barat, pada kedalaman 10 kilometer. Gempa di perairan itu mengempaskan tsunami di kawasan Asia Tenggara an Asia Selatan. Indoneisa, Sri Lanka, India, Malaysia, Maladewa, Thailand, Myanmar, dan Bangladesh menderita paling Parah.

Begitu guncangan mereda, Syahrial mengambil sepeda motor. Ia hendak bertandang ke seorang teman. Tiba-tiba, dari kejauhan terdengar pekik histeris, “Air! Air….!” Warga lampulo lain yang sudah berada diluar rumah berlarian panic. Syahrial siap-siap tancap gas. Sejenak ia sempat melihat ayahnya menuju mobil. “Terakhir saya melihat ayah menutup pintu mobil,” kata Syahrial. Setelah itu, ia langsung memacu motor, berkejar-kejaran dengan gelombang air yang lari bergulung-gulung.



Dedy yang sudah berada di luar Lampulo menunggu air mereda untuk bisa mengetahui keadaan keadaan keluarganya. Tapi ia tidak kuasa menunggu. Setengah jam kemudian, ia nekat mencari keluarganya. Ia mengarungi air berpasir setinggi paha, menyibak setiap papan dan kayu, erta memeriksa setiap mayat yang terbujur. Seorang kawan menginformasikan bahwa adiknya ada di jalan Pocut Baren, beberapa ratus meter dari Lampulo. Seperti kesehatan, Dedy berlari ke sana. Di jalan Pocut Baren, ia menemukan ika Yanti, 26 tahun. Adik perempuannya itu nyaris pingsan. “Dia sekarat, “kata Dedy.

Separuh tubuh ika tertutup pasir. Tangannya erat memeluk M. Ahyar, oroknya yang baru berumur empat bulan yang sudah putih pucat. Seperti mendapatkan tambahan tenaga ekstra Dedy bergerak cepat menggali pasir, lalu membopong Ika dan Ahyar ke tempat yang lebih tinggi. Ia membawa Ika dan Ahyar ke sebuah bangunan di Kawasan Jambo Tape. Kain Gorden gedung tersebut ditarik Dedy, lalu di dililitkan ke tubuh Ahyar.

Namun si bayi tetap diam memucat. Dedy melarikan Ika dan Ahyar ke Desa Lampeuneureut. Di sana Ahyar sempat mendapat suntikan seorang mantri. “Ahyar muntah Lumpur, “tutur Dedy. Kini kondisi Ika dan Ahyar berangsur-angsur membaik.

Ika bertutur, saat kejadian, semua anggota keluarga masuk mobil dan siap-siap kabur. Tapi, begitu anggota masuk mobil dan siap-siap kabur. Tapi, begitu anggota keluarga yang terkahir masuk menutup pintu mobil, bah menghantam badan mobil. Toyota Hi Ace keluaran 1984 itu ibarat mainan, diempaskan ke segala arah oleh bah nan ganas.

Ika yang tengah memluk erat Ahyar terpelanting ke luar mobil, terbentur ke tembok, bahkan sempat tersangkut bawah mobil, sampai akhirnya diselamtkan Dedy. Nasib anggota keluarga yang lain belum jelas. Dedy memperkirakan, mereka terjebak dalam mobil. Setelah air benar-benar surut, bangka mobil ditemukan terjengkang sekitar 40 meter dari rumah. “ Isinya kosong, “ kata Dedy, nanar.

Dedy masih beruntung. Setidaknya masih ada keluarganya yang tersisa. Ismail 55 tahun, justru kehilangan empat anaknya. Senin lalu, warga kuala cangkoi, kecamatan Tanah Pasir, Aceh Utara, itu mendatangi desanya. Ia menjelajahi genangan air berlumpur, membongka tumpukan sampah dan kayu, mencari jasad anaknya. Sesekali ia mendalangi areal pertambahan yang kini rata dilumat badai.

Tidak ada komentar: