Sabtu, 28 Juni 2008

99 TANGAN TUHAN DI ACEH

UNTUNG ADA PERAHU Bagian 5

Tersapu Ombak, tertampak di Pohon mangga,
Pasangan suami istri ini, akhirnya mendapat pertolongan dari Perahu
Mesin yang tengah melintas.


Terbayang kembali bagaimana ai berjuang menyelamatkan diri. Pagi itu, dua kali ia mendengar suar gelegar dari arah laut. Tak lama kemudian, gelombang air bergulung-gulung menuju daratan—yang diperkirakan merangsek sampai 12 kilometer dan pantai, dengan ketinggian sekitar 8 meter. Dalam hitungan detik tiba-tiba air menyergap dan menggenangi rumah setinggi dada orang dewasa.

Ismail yang berada di halaman segera berlarfi ke rumah untuk menyelamatkan istrinya, sauah, 35 tahun. Empat anaknya tidak ketahuan dimana. Gelomobang air bergulung-gulung melumat rumah-rumah penduduk dan bangunan yang menghalangi Jeritan” tolong!tolong! bersahut-sahutan. Tapi semua tidak berdaya, termasuk Ismail. Air kian meninggi. “Saya melihat beberapa warga terempas dihantam ombak, “tuturnya.

Ismail memegang erat tangan sang istri yang tertatih-tatih dengan sisa-sisa tenaganya, ia mencari-cari “daratan” bru, karena seluruh perkampungan sudah rata oleh bah. Pandangan matanya nanar melihat tubuh manusia timbul-tenggelam dalam arus air. Air sudah sebats leher. Sauah bertanya lemah, dimana anak kita, Pak?” pertanyaan yang juga menyesaki dada ismail. Kakinya mengayuh kencang, berlomba dengan laju gelombang.

Harapannya muncul ketika melihat sebuah pohon mangga. Diraihnya dahan yang terjangkau. Ismail melengketkan tubuhnya ke batng pohon. Ratusan meter dari temapt ia bertahan, beberapa orang meminta tolong. Suara itu hanya terdengar dua kali, lalu hilang ditelan gemuruh air. “ Lambaian tangan mereka pun tak tampak, “kata Ismail, Lirih.

Tak ada harapan untuk berenang ke tempat yang lebih aman. Pohon mangga itulah, untuk sementara, jadi tempat berlindungnya yang paling aman. Namun “tangan Tuhan” tidak tinggal diam. Dari kejauhan, sebuah perahu bermesin temple muncul dengan lima orang di dalamnya. Saat itulah Ismail berteriak sembari melambaikan tangan.

Awak perahu melihatnya, lalu memutar haluan dan menolong Ismail-Saudah. Tiba-tiba, terdengar teriakan minta tolong dari kiri-kanan perahu. Awak kapal menggelengkan kepala, memberi isyarat muatan sudah penuh. “Seorang saja naik,” ujarnya. Perahu segera melaju. Di belakangnya lambaian tangan minta tolong timbul-tenggelam air, menunggu keajaiban lain.

Tidak ada komentar: