Senin, 16 Juni 2008

HUMOR SUFI

#Humor Sufi#
KELEDAI MEMBACA KITAB
Suatu ketika, raja Timur Lenk memanggil Nasruddin. Timur Lenk selalu penasaran karena tidak pernah menundukkan kecerdikannya. Kali ini ia pikir, pasti Nasruddin menyerah.Mulla, sekarang Anda kutugaskan mengajari keledaiku membaca kitab. Kendati sempat bingung, Nasruddin tentu saja tidak bisa menolak titah raja. Lagi pula, dalam kamus Nasruddin yang cerdik, tidak ada kata menyerah. Ia pulang membawa keledai milik raja, sambil putar otak bagaimana caranya membuat keledai pandai membaca kitab.Setelah beberapa waktu, Nasruddin kemudian dapat akal. Ia meletakkan sebuah kitab tebal di hadapan keledai. Di setiap halaman kitab, ia taruh sebutir gandum. Melihat butiran gandum, keledai lalu menjulurkan lidah untuk mengambilnya. Setiap kali keledai menarik lidah, lembaran kitab berikutnya terbuka, dan keledai melihat butir gandum lagi. Begitu seterusnya, keledai asyik membuka-buka lembaran kitab, seperti layaknya orang membaca.Sukses dengan eksperimennya, Nasruddin segera ke istana. Waktu yang ditetapkan tidak terlampaui. Di hadapan khalayak, Nasruddin akan menunjukkan keberhasilannya membuat keledai milik raja pandai membaca kitab. Di pihak lain, raja duduk di singgasananya dengan amat yakin, kali ini pasti Nasruddin gagal. Di luar dugaan raja, Nasruddin kembali menunjukkan keunggulannya. Keledai kembali mempertontonkan kehebatannya “membaca” kitab. Lembar demi lembar halaman kitab di buka, sampai halaman terakhir. Khalayak bertepuk tangan karena kagum. Nasruddin memang hebat, seru mereka.Tapi tunggu dulu hei Nasruddin. Saya yakin kamu tidak berhasil, ujar raja protes. Keledai itu tidak membaca. Dia hanya membuka-buka lembaran kitab itu tanpa mengerti isinya.Mendengar protes raja, Nasruddin tenang saja menjawab. Keledai membaca kitab memang begitu. Dia hanya membuka-buka lembaran kitab, tapi tidak mengerti isinya.Tidak dinyana, jawaban Nasruddin malah lebih memalukan lagi. Jawabannya merupakan sindiran pada raja sendiri. Raja tidak berkutik.
CARA MEMBACA BUKU
Seorang yang filosof dogmatis sedang meyampaikan ceramah. Nasrudin mengamati bahwa jalan pikiran sang filosof terkotak-kotak, dan sering menggunakan aspek intelektual yang tidak realistis. Setiap masalah didiskusikan dengan menyitir buku-buku dan kisah-kisah klasik, dianalogikan dengan cara yang tidak semestinya. Akhirnya, sang penceramah mengacungkan buku hasil karyanya sendiri. nasrudin segera mengacungkan tangan untuk menerimanya pertama kali. Sambil memegangnya dengan serius, Nasrudin membuka halaman demi halaman, berdiam diri. Lama sekali. Sang penceramah mulai kesal. "Engkau bahkan membaca bukuku terbalik!""Aku tahu," jawab Nasrudin acuh, "Tapi karena cuma ini satu-satunya hasil karyamu, rasanya, ya, memang begini caranya mempelajari jalan pikiranmu."

Tidak ada komentar: