Minggu, 15 Juni 2008

99 TANGAN TUHAN DI ACEH BAGIAN 1

Diterjang Ombak Terpelanting Ke Atap Rumah
Satu keluarga berpelukan membentuk benteng pertahanan melawan ombak. Tapi terjangan air bah mampu mencerai beraikanmeeka hingga ke atap rumah.
Pagi itu, seperti biasa, Teuku Darusman pergi ke warung, membukakedai kopi. Dari rumahnya di Punge Ujung, Kota Banda Aceh,Warungutuberjarak 200 meter. Duaanaknya, Cut Fadilah(2) dan Teuku Ryan (6), di tinggal bersama ibunya, Yeni Aprianti (24). Kedai baru saja dibuka ketika tiba-tiba gempa hebat menggoyang warungnya. Takut terjadi apa-apa, Teuku Darusman memutuskan pulang. Dia dapati anak istirnya selamat, meski rumah tetanganyaambruk rata dengan tanah.
Setelah tenang, Darusman kembalike warung. Niatnya ingin berbenah. Namun, Sekali lagi, keinginannyamembuka kedai kopi itu urung ketiak tiba-tiba banyak orang dari pantai ulelel--- dekat pelabuhan ulele---berlarian. "Air naik, airnaik...." Darusman, anak-istri, dan dua iparnya juga panik. Mereka keluar rumah dan akan segera pergi meningglakan temapt itu ke datran yang lbih tinggi.
Tuhan punya rencana lain. Baru saja akan meningglakan rumah, dari arah pantaiulele, sekitar 10 meter dari temaptnya berdiri, air bah berdiri tegak setinggi 5 meter, seperti menghalang langkahnya. Keluarga ini berpelukan. Cut Fadilah dipeluk ibunyadan Darusman memeluk keduanya. Teuku Ryan dipeluk pamannya, Abdul Azis. Mereka berteriak "Laailahaillallah". Air menghantam "blusss". Segala jenis kayubalok, pohon-pohon tumbang ikut menabraknya. Ikatan keluargaini lepas "Plass".
Darusman masih sadar. Tubuhnya berputar-putar diombang ambing pusaran ombak. Di dalam hati, Darusman berujar kepada Tuhan. "Tuhan kalau memang kematian ini lebih baik bagi saya, maka secepatnya cabut nyawa saya. sayasudah tidak kuasamenahan sakit seperti ini. Tetapi, kalau Engkautidakingin mengambil nyawaku, selamtkan aku."
Seketika itu juga, ombak menghantam tubuhnya hingga Darusman terpelanting ke atas. Ajaibnya, dia justru jatuh ke sebuah rumah yang "berjalan" dan tangannya menggenggam tembok. Di ats rumah itulahDarumsman sadar. Dia selamat dari gempuran ombak berikutnya. ombak yanglbih kecil dari ombak pertama.
Setelah air mulai turun, keajaiban juga terjadi pada keluarganya. Anak,istri, dan adik iparnya juga selamat. "Padahal, sayaerpikir, mereka sudahmati dibawa arus." keajaiban itu sama dengan yang dirasakan atap rumah orang juga bersama anaknya, Cut Fadilah. "Anak-anak saya pingsan saat ditemukan."
Setelah berhasil dievakuasi ke Banda Aceholeh regu penolong, keluargaini dibawa ke Medan dan diterbangkan ke Jakarta. Tetapi, Ryan masih sangat trauma. Begitu juga Cut Fadilah. 'Terdengar suara gemerisik AC saja. Teuku Ryan langsung pusing dan berteriak-berteriak, " Tutur relawan yang mendampingin anak Darusman di RSPAD.
Begitu juga Cut Fadilah.Suara pesawat yang membawanya ke jakarta dianggapnya suara gemuruh ombak. " Diakejang-kejang, " ungkapDarusman. " Terutama kalau dia melihat suster berbaju putih. Ditraumamelihatnya, "aku Darusman sedih. Darusman sendiri menangis karena tak tahu haruskemansetelah kedua anaknya sembuh. " Sayatak punya apa-apalagi Di Jakarta, saya juga tak puna Saudara, " tuturpasarah,berharap pertolongan sekitar 16 keluarga diAceh tewas dan hilangtak ditemukan lagi (Herub ) di kutip dari buku 99 tangan Tuhan di Aceh.

Tidak ada komentar: